Alat Reproduksi Wanita dan Oogenesi
Alat Reproduksi Wanita dan Oogenesis- Alat
reproduksi wanita berfungsi menghasilkan sel kelamin betina, yaitu sel
telur (ovum). Alat reproduksi wanita dibagi menjadi alat reproduksi luar
dan alat reproduksi dalam. Alat reproduksi luar terdiri atas klitoris
dan labia. Adapun alat reproduksi dalam terdiri atas ovarium, saluran
telur (oviduct), vagina, dan uterus. Pada bagian paling luar, alat
reproduksi wanita terdapat labia. Labia tersebut dibagi menjadi dua,
yaitu labia mayora dan labia minora. Pada bagian atas labia terdapat
klitoris. Klitoris merupakan alat erektil yang banyak mengandung
pembuluh darah dan ujung-ujung saraf. Pada alat reproduksi dalam,
ovarium memegang peranan yang sangat penting karena menghasilkan sel
telur (ovum). Selain itu, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan
hormon progesteron.
Pada wanita,
hormon yang berperan dalam pendewasaan seksual primer dan sekunder
adalah hormon estrogen, biasanya terjadi pada usia 11–13 tahun.
Ciri-ciri seksual sekunder pada wanita adalah mulai tumbuhnya
bagian-bagian khas seorang wanita, seperti payudara, pinggul, serta
tumbuh rambut di sekitar kelamin dan ketiak. Hormon pada wanita juga
banyak memengaruhi siklus reproduksi dan proses kehamilan.
Manusia berkembang biak secara generatif atau seksual karena pembuahan hanya dapat terjadi jika sel
kelamin jantan (sperma) membuahi sel kelamin betina (sel telur). Dalam
Biologi, seks didefinisikan sebagai keseluruhan struktur dan fungsi yang
mencirikan perbedaan antara jantan dan betina. Oleh karena alat-alat
seksual manusia terpisah antara jantan dan betina, alat reproduksi
manusia disebut berumah dua atau dioecius.
1. Alat Reproduksi Wanita
Alat reproduksi wanita dimulai dari tempat pembentukan sel telur yang disebut ovarium. Ovarium
ada sepasang dan setiap bulannya bergantian menghasilkan sel telur.
Pada manusia, sel telur berkembang di sebuah kantung khusus yang disebut
folikel de Graaf. Di kantung ini, sel telur mengalami
pertumbuhan hingga akhirnya dikeluarkan dari ovarium. Proses keluarnya
sel telur dari ovarium disebut ovulasi. Sel telur yang diovulasikan akan bergerak menuju dinding rahim melalui sebuah saluran yang dinamakan tuba Fallopi. Di saluran inilah umumnya fertilisasi oleh
sperma terjadi. Sel telur yang dibuahi atau yang tidak dibuahi akan
mencapai uterus dalam jangka waktu satu minggu. Dinding uterus
mengandung banyak pembuluh darah yang menyediakan suplai makanan dan
oksigen bagi calon bayi.
Rahim
mempunyai ukuran panjang sekitar 7 cm dan lebar sekitar 4–5 cm. Namun,
akan mampu menampung bayi dengan panjang 45 cm dan berat hingga 4 kg.
Jika tidak terjadi pembuahan, dinding endometrium rahim akan meluruh
sehingga terjadilah menstruasi pada wanita. Proses tersebut dipengaruhi
oleh hormon-hormon yang saling bekerja sama untuk mempersiapkan
kehamilan.
Gambar 10.6 Alat reproduksi pada wanita beserta bagian-bagiannya.
Alat reproduksi wanita bagian luar adalah vagina (Gambar 10.6).
Vagina merupakan saluran dengan dinding tebal, tempat masuknya sperma
dan keluarnya bayi ketika dilahirkan. Proses masuknya sel sperma
didahului dengan masuknya penis pada lubang vagina. Proses ini dinamakan
dengan coitus atau senggama. Vagina memiliki beberapa aksesoris yang terdiri atas klitoris, bagian kulit penutup vagina, serta selaput dara (hymen). Bagian kulit penutup bagian luar dengan kulit yang lebih tebal dinamakan labia mayor dan bagian kulit penutup di bagian dalam disebut labia minor.
Selaput dara merupakan jaringan kulit tipis yang melindungi vagina pada
saat membuka. Bagian tersebut mudah sekali terkoyak oleh gesekan, baik
oleh benda keras maupun proses senggama. Sebelum memasuki rahim,
terdapat saluran reproduksi yang disebut leher rahim (cervix).
Pada bagian ini, disekresikan cairan yang berguna mencegah masuknya
bakteri dan kuman lainnya penyebab infeksi. Pada masa ovulasi, cairan
ini akan sangat kondusif terhadap pergerakan sperma. Namun, setelah masa
ovulasi cairan tersebut biasanya akan mengental untuk mencegah masuknya
sel sperma.
2. Oogenesis
Berbeda
dengan sel sperma yang diproduksi seumur hidup oleh pria, sel telur
pada wanita terbatas jumlahnya. Jumlah sel telur wanita, pada usia tujuh
tahun adalah sekitar 300.000. Akan tetapi, jumlah tersebut berkurang
seiring waktu. Selama masa reproduksi, sel telur yang akan dilepaskan
hanya sekitar 400–500 buah sel telur (Starr and Taggart, 1995: 780). Sel
telur tersebut diovulasikan setiap bulan mulai dari masa aktif
reproduksi saat menstruasi kali pertama. Jadi, kurang lebih wanita akan
mengalami masa subur dalam waktu 33 hingga 41 tahun atau dalam rentang
usia 12 hingga 45–63 tahun.
3. Menstruasi
Pada
siklus ovulasi, sel telur yang tidak dibuahi harus dikeluarkan dari
dalam tubuh bersamaan dengan pendukung implantasi bayi di dinding rahim,
yaitu endometrium. Proses peluruhan dinding rahim dan dibuangnya sel telur yang tidak dibuahi ini, disebut menstruasi. Secara hormonal, proses ini diawali dengan diproduksinya hormon gonadotropin (gonadotropin releasing hormone) yang akan memerintahkan pituitari untuk menghasilkan hormon FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone).
FSH dan LH ini akan menginisiasi (merangsang) pembentukan folikel
tempat pematangan sel telur di dalam ovarium. Folikel yang berkembang
akan menghasilkan hormon estrogen. FSH, LH, dan hormon estrogen akan
berpengaruh terhadap pematangan sel telur selama lebih kurang dua minggu
hingga tiba waktu ovulasi. Estrogen yang dihasilkan akan berpengaruh
pada perkembangan folikel, merangsang pembentukan endometrium, serta
merangsang diproduksinya FSH dan LH lebih banyak. Hormon FSH dan LH yang
melimpah di hari ke-12 siklus menstruasi akan memengaruhi masa meiosis
II hingga terjadi ovulasi. Ovulasi terjadi di hari ke-14 dan pada waktu
ini seorang wanita dikatakan berada dalam keadaan subur. Masa subur
tersebut berlangsung selama lebih kurang 24 jam saja.
Folikel yang telah ditinggalkan oleh sel telur disebut badan kuning atau corpus luteum yang
menghasilkan hormon estrogen serta progesteron. Kedua hormon ini
bekerja menghambat sintesis FSH dan LH sehingga jumlahnya menjadi lebih
sedikit. Selain itu, mengakibatkan penghambatan pematangan folikel lain
di ovarium. Estrogen dan progesteron bersama-sama mempersiapkan
kehamilan dengan mempertebal dinding endometrium hingga mencapai
ketebalan 5 mm. Jika tidak terjadi kehamilan atau fertilisasi, corpus
luteum akan berdegenerasi sehingga produksi estrogen dan progesteron
menurun. Jika kedua hormon ini menurun, tidak ada lagi yang
mempertahankan keberadaan endometrium sehingga endometrium mengalami
degenerasi. Proses ini terjadi di hari ke-27 atau 28 dan terjadilah
menstruasi.
Gambar 10.9 Siklus menstruasi. Siklus ini dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron. ada hari keberapa ter adi menstruasi?
Dengan
hilangnya estrogen dan progesteron, hormon gonadotropin dengan leluasa
dapat memerintahkan pituitari hipofisis untuk kembali memproduksi FSH
dan LH dan memulai siklus menstruasi kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar